Sabtu, 14 Mei 2022

I Feel Better

Lyric : Ridha

Music : Asthenia Aprizal

 

Verse 1:

E5                   C5

How long to tell you

G5

I can forget

D5-D#5                 E5

Everything about you

 

Verse 2:

E5

Every smile

C5

Every voice

G5                                    D5-D#5

Your story makes me comfort 

 

Bridge: 

E5                        C5

Maybe I can find,someone like you

G5                                                D5-D#5

Maybe sometime maybe but is not you.


Reff: 2x

E5         C5

Drown me into deep sea

G5

Meet me with the dark

D5-D#5

Without a light 

 

Chorus:

E5

I feel better

C5

I feel better 

G5                 D5-D#5

Without you alone

 

Interlude : E5 C5 G5 D5-D#5

Back to Bridge - END

 

Bandung, 05/14/2022

Share:

Lamunan


Lyric : Ridha

Music : Asthenia Aprizal x Vei

 

Intro:  C E D 2x

Verse 1:

C                   Em

Terlalu jauh melangkah

C                 Em    D

Tersesat tanpa tujuan

C                 Em

Terseret dalam lamunan

C                                    Em    D

Gelak tawa dan rintihan tak berarti

 

#Bridge:

C

Sekarang diam

Em                       D

Memikirkan salah salah

C

Yang terulang lagi lagi

Em                        D

Menyesal tak berarti 


Intro : C D

Reff:

G

Terjebak dalam ego

C

Kalah oleh nafsu

Em              D

Tak terkendali 

          C                 Em

Diri sadar tapi selalu kalah

Em              D                 C-D

Diri sadar tapi selalu kalah

 

Interlude : C Em D 2x

Back to Bridge – Reff – End    

 

Bandung, 05/14/2022


Share:

Jumat, 18 Oktober 2019

#Ngayal 5 Pallet

Nok...
Entah aku harus bercerita dengan siapa lagi, aku datang padamu telat saat senja yang biasa kau nikmati sudah menjadi malam hari, dan seperti biasa kau diamkan aku dan asik dengan bukumu sendiri.

Jadi begini Nok.. 
Hey apa kamu mendengarkan?
Jadi begini, kemarin malan sobatku datang kepadaku, aku mengenalnya dari temanku... jujur aku tak terlalu mengenal dia, tapi entah kenapa dia jauh jauh berdiri menunggu di persimpangan senja tadi di depan Wisma Mattel tempat kita biasa berpisah dulu.

Dadang Suhendar sedang sakit Nok... jadi aku menumpang temanku dan menginap beberapa malam ditempatnya.

Jadi kutemui dia dan mengisyaratkan temanku untuk pulang duluan, eh aku bicara seperti ini seperti aku banyak teman ya? he he he, tidak Nok aku juga tidak tau beberapa orang yang aku kenal sibuk sibuk mencariku, sedang kamu sibuk menjauhiku, eeh bagaimana?

Ya jadi dia membutuhkan seseorang untuk bicara Nok, seperti aku yang sekarang berhadapan denganmu, walaupun kamu masih asik saja membaca buku roman dengan genre yang tak jelas, maaf selera bacaanku terlalu tinggi, tapi sebenarnya bukan seleraku terlalu tinggi hanya kebetulan saja hanya buku seperti itu yang dapat aku pahami, aku sangat iri dengan orang yang bisa membaca buku buku ringan dan tidak menjadi beban di otaknya. sedang aku membaca buku seperti ini aku juga mempraktekan apa benar yang di buku bisa diterapkan di nunia nyata? kenyataanya seperti sekarang, aku sering diangap orang aneh, sedang aku malah menganggap mereka yang aneh...

Jadi apa aku yang aneh berbicara dengan mu sedang kamu masih membaca buku roman itu?

Nok...
Aku memesan Gayo Aceh seperti biasa, apa kau ingat saat orang orang membahas dan berkata biji ini sangat enak? yaa, aku tak bisa menipu diri sendiri, itu sangat enak tapi di sisi lagi ini juga tak bisa di pukul rata ke semua masyarakat.
Anehnya mereka berdebat hingga jam 3 pagi dan tak menemui titik temu, yang ujung ujungnya membahas lagi tentang selangkangan, wah itu bahasan yang sangat masuk di kalangan orang orang yang tua khususnya. 

Entah mengapa selangkangan itu sangat asik dibahas, dan tak akan habis habis bahkan melebihi cerita 1001 Malam -nya Abu Nawas, eh kau kenal tidak Abu Nawas? Aku harap kamu paham deh, dia orang cerdik yang katanya itu berdasarkan kisah nyata..

Oh ya Nok..
Aku harus segera pulang, aku titipkan beberapa bubuk dari cangkir tubruk ini, ah lagi pulan kau juga masih asik membaca, aku akan datang di lain waktu, Sampai Jumpa


Thahir
Cikarang 18/10/19
Share:

Di Gang Rumah Wawan

Menjadi seseorang yang loyal, dan mencintai pekerjaannya...

Aku tidak bisa berkata banyak soal loyalitas, karna aku bukan orang yang seperti itu, aku belum mendapatkan sesuatu yang aku sukai dan aku cintai, sedang aku tetap harus bekerja.

Bahkan tidak sekali 2 kali aku iri kepada teman temanku yang begitu mudahnya mendapat sesuatu yang dia inginkan seakan benar benar dimudahkan jalannya, sedang aku selalu sulit menggapai yang aku inginkan, entah memang aku hanya melihat suatu hasil dari usahanya, atau memang benar suatu kemudahan selalu datang kepadanya.

Ayahku selalu bilang, berdoalah kepada Tuhan agar dimudahkan jalan, tentu aku sering melakukannya dulu, sekarang....?
Sekarang aku menjadi malu, aku merasa diri hanya hamba yang rajin mengeluh tanpa usaha, dan lebih buruknya lagi sekarang tanpa berdoa.

Dalam pikiranku masih terlalu liar, tidak terpusat dan memikirkan hal hal yang tidak penting, aku sangat membenci diriku yang tak bisa menjadi orang yang stagnan di suatu sisi, seperti yang kau tau sendiri, orang orang besar selalu mempunyai spesialisasinya sendiri, sedang aku?

Setiap hari hanya bertambah masalah, yang kadang membuat aku depresi dan memaki Tuhan.

Aku sangan bersyukur mempunyai Tuhan yang Maha Sabar, dan memaklumi hambanya yang tak tau diri ini.

Disisi lain..
Aku juga orang yang berusaha, tentu...
Aku tak ingin diam saja terpuruk, tapi apa yang aku lakukan sanyangnya tidak menghasilkan apa apa, bahkan hanya memperburuk keadaan dan membuang buang waktu.

Orang datang kepadaku dengan keluhan mereka, dan aku hanya mendengarkan seperti pesikolog ulung dan memotivasi...
Beberapa berhasil... lebih banyak yang gagal.

Lagi pula aku ini siapa? sedang aku sendiri tak bisa memotivasi diriku sendiri, sekarang aku harus memotivasi orang lain..? sudah gila aku?

Aku sulit menolak dengan orang orang yang datang kepadaku hanya saat butuh saja, sisi jahatku ingin berteriak, di sisi aku aku juga terpojok, bingung harus melakukan apa.

Bahkan disini saat aku menulis sedikitnya aku lega... ya sedikit
Aku sangat membutuhkan orang yang membuat aku terpacu dan berambisi untuk maju, sayangnya aku belum dapatkan itu....

Tuhan...
Share:

Nak

Nak, jika kau ada nanti di hidupku
Aku tak tau harus bagaimana... apa aku harus mengajarimu seperti orang tua dulu, atau kau harus belajar sendiri seperti binatan buas.

Yang aku tau jikalau nanti kau lahir, aku akan mengajarkanmu mengaji, walaupun entah jadi apa engkau besar, setidaknya aku harus melakukan kewajibanku mengenalkan Tuhanku padamu, aku ingin kamu jadi anak yang baik, dan cerdik, entah kau akan menjadi nakal sepertiku, atau tidak.

Nak, jika nanti kau lahir, kuharap kau mengerti aku ini apa dan siapa, semoga kamu jadi orang yang bijak sana dan dewasa, walau tanpa cita - cita, tapi setidaknya kamu punya cinta, melakukan sesuatu dengan tulus, dan jangan ikuti aku yang tak bisa bertutur kata halus.

Nak...
Aku ada contoh burukmu, dan tentu aku tak mau engkau seperti aku, kau harus lebih dari aku, enggaku harus merdeka dan lebih pintar dengan cepat, aku harap aku tak mengekangmu, aku harap kau jadi apa yang mau, tapi tak mengesampingkan sisi manusiawi.

Nak...
Jika aku berbicara agama denganmu, aku sendiri sangat bodoh dalam hal ini, yang kutau kau harus menjadi baik, kapan pun, dimana pun, dan dalam situasi apa pun. sulit tapi itu indah.

Nak... kuharap kau tidak banyak mengeluh tapi lebih banyak memperbaiki diri, tak seperti aku yang senang meratapi

Nak...
Share:

Bagaimana Jika

Bagaimana jika, dulu ras hitam adalah penguasa dunia, dengan keganasannya, dan tampang sangarnya
Bagaimana jika, dulu ras putih hanya sebagai budak dan dianggap makhluk lemah
Bagaimana jika suatu hari ras putih lari dan memperpintar diri
Bagaimana jika saat ini hanya balas dendam masala lalu
Bagaimana jika diantara ras diantara kedua ras menjadi penengah lalu menjadi menjajah
Bagaimana jika itu benar?
Share:

Rabu, 16 Oktober 2019

Jl. Gatot Subroto

Disana sosok yang menari asik diatas mimbar...
Sisi negatifku berkata "untuk apa makhluk itu menggila untuk benda? sedang dia sendiri dalam pengaruh ganja?"

Tak ada yang menghiraukan perkataanku, beberapa hanya melanjutkan dan menyoraki dengan wajah hingar bingar

Sedikit sadar aku pun itu menari dengan ritme ritme yang tak berarti, beberapa melihat dan mengelilingiku " inilah monyet yang baru"kata mereka, aku tak mengiraukan masih berjingkrak jingkrak hilang nada...

Imajinasiku berlari dengan tarian di layar kaca artis Hollywood baru dengan lagunya yang bahkan aku tak mengerti pembendaharaan kata menjadi irama, sebegitukan para manusia tak berwarna membuat suatu kalimat irama?

Dalam lagi dalam dan sesak bijih besi masuk ke paru paru, aku masih sadar dan tak berjalan selangkahpun dari tempat awal ini, artis Hollywood itu juga masih asik sendiri menjadi tua dan bersemangat

Aku dengki sendiri, aku lahir dan keberuntunganku tak jauh dari seorang loper koran yang bahagia di jam 3 pagi, secangkir kopi hitam dan rokok Djinggo, aku mendatanginya bercengkrama seadanya dan tertawa bukan pada waktunya.

"Kau kenapa nak?" Katanya menghawatirkanku
Aku diam... Adzan memecah kebuntuan pikiranku mengalih dan lari kepada Tuhan
"Sebentar" Ucapku... lalu berdiri berjalan ke Mushola belakan bank CIMB tempat para penjaga mencuri waktunya.

Irama dengkur, air keran ,dan takbir bersahut sahutan.
Kututup...
Pergi dalam hening tanpa basa basi, kopi tadi sudah dingin.
Kucuri Djinggo sebatang dan berlalu

Dan disini aku membaca artikel ini dan lupa itu pernah terjadi padaku, apa hanya pura pura lupa?
Share: